Aku Rindu

Mau nulis apa ? Aku nggak tau mau nulis tentang apa di sini…

Aku hanya ingin mengatakan “Aku RINDU…”

Rindu dengan semuanya…

Rindu dengan Ibuku di kampung. Rindu dengan keponakan-keponakanku, terutama dua orang cewe yang belum cukup 3 bulan umurnya dan aku belum pernah melihatnya. Hufftt…!! bagaimana kabarmu malaikat-malaikat kecilku. Rindu ingin melihat wajah-wajah lucu kalian.

Aku juga merindu semilir angin di desa, dan gemerisik alir air sesungaian.

Rindu dengan kakak-kakakku. Apakah kalian juga merindukan adik bungsumu di sini ???

(Ingin) merindukan seseorang….tapi siapa ??

Rindu meluap-luap dalam hatiku. Aku ingin segera menumpahkannya sebelum akhirnya ia membeku dan mati rasa. Aku rindu dan ingin segera berlari menemui kalian semua…

>_<“

There you’ll be

When I think back on these times
and the dreams we left behind
I’ll be glad ’cause I was blessed to get
to have you in my life

When I look back on these days
I’ll look and see your face
you were right there for me

in my dreams
I’ll always see you soar above the sky
in my heart there always be a place for you
For all my life

I’ll keep a part of you with me
and everywhere I am there you’ll be

well you showed me how it feels
to feel the sky within my reach
and I always will remember all
the strength you gave to me

your love made me make it through
oh, I owe so much to you
you were right there for me

in my dreams I’ll always see you soar above the sky
in my heart there always be a place for you
For all my life

I’ll keep a part of you with me
and everywhere I am there you’ll be

’cause I always saw in you my light, my strength
and I want to thank you
now for all the ways
you were right there for me
you were right there for me
for always

in my dreams I’ll always see you soar above the sky
in my heart there always be a place
for you for all my life

I’ll keep a part of you with me
and everywhere I am there you’ll be

There You’ll be : : Faith Hill (OST. Pearl Harbor)

Janji Enam Purnama

Cerpen ini juga pernah di posting di http://www.ruang-kecilku.blogspot.com dan di publikasikan di portal http://www.kotasantri.com.  Selamat membaca dan ambil hikmahnya…

***

Di tengah kidung angin pada sepertiga malam, tak pernah lekang dari ingatanku, tatkala di atas sepasang bangku itu, dia mulai menyulam helaian-helaian kisah untukku perihal ayah yang semasa hidupnya begitu bertanggung jawab dan pemberani. Dan juga dia yang gemar mendongeng tentang Maling Kundang yang dikutuk oleh ibunya karena kedurhakaanya ataupun tentang si kancil yang cerdik. Semuanya masih segar di ingatanku, sekalipun dia telah ceritakan itu 15 tahun yang silam. Ketika ku masih acapkali berpura-pura sakit tak ingin ikut belajar. Ketika ku masih sering bertelanjang kaki menenteng sandal jepit di atas tanah-tanah becek bekas hujan yang semuanya ku lakukan karena ingin datang ke suatu tempat yang akhirnya ku ketahui bernama sekolah.

Dan malam itu, kami kembali bercengkerama di atas sepasang bangku, di depan sebuah meja kayu yang rapuh termakan rayap. Seperti biasa, dia tak lupa menyuguhkan teh hangat dan beberapa potong singkong untuk kami nikmati bersama, bernostalgia di depan perapian-perapian kecil dengan kepulan asap hitam membumbung, meliuk-liuk dan lenyap membaur dengan hitamnya malam.

Ternyata bangku-bangku itu masih sama seperti dulu. Barang satu-satunya peninggalan ayah yang telah begitu banyak mendengar cerita anak manusia di dalam gubuk-gubuk reyot bersekat anyaman daun nyiur, yang tingginya tak cukup semeter dari permukaan tanah.

Di kala ia mulai bercerita, aku selalu menggenggam tangannya yang kasar, menyusuri tiap ruas permukaan kulitnya yang semakin kusam dan tipis termakan usia. Inilah ritual-ritual sederhana yang sering kami lakukan di penghujung malam. Di bawah desir angin yang membelai dedaunan kenari di atas gubuk kami. Sementara binatang-binatang di luar sana, pun turut diam terlarut dalam ritual itu. Lanjutkan membaca

Anggap Saja Sebuah Puisi

Adakah hati yang lebih lara
ketika mendapati raganya
mulai tersudut oleh keriuhan malam

adakah jiwa yang lebih kesepian
ketika bisiknya mulai tersesat
di sekat-sekat keheningan waktu

kini ada hati yang lebih meradang
karena derai hujan yang dirindukannya
tak lagi terdengar melodinya

kini ada cinta yang lebih kesepian
karena separuh tanya darinya
tak kunjung tersampaikan jawabnya

* * *

Makassar, 15 Mei 2010

Cerita Anak Hujan

Entah mengapa aku kadang menunggu sesuatu ketika langit mulai terlihat muram. Bukan cerahnya yang aku nanti, ataupun kembalinya langit membiru ceria. Tapi aku sedang menunggu datangnya HUJAN. Aku rindu dengan bulir-bulir kecilnya yang perlahan-lahan jatuh melukis lingkaran-lingkaran basah di atas tanah. Atau kadang membentuk kristal yang menggantung di ujung dedaunan. Aku rindu ketika hujan mulai menari meliu-meliuk beraturan. Walau tak jarang iramanya terdengar lebih gemuruh di ujung genteng. Tapi bagiku itulah keindahan. Gemuruhnya adalah ketenangan bagiku dan aku selalu rindu akan hujan.

Semenjak aku kanak-kanak, hujan adalah saat yang paling dinanti. Menatap angkasa yang kelabu, berarti bersiap untuk berlari menjemput hujan. Berkejaran dibawah siramannya yang kadang menggelitik permukaan tubuh. Lalu menyusuri alirannya hingga ke sungai-sungai yang nampak tak jernih, tapi alirannya begitu berirama walau kadang tertelan gemuruh.

Aku selalu merindukan hujan. Bukan hanya karena dia mampu menghadiahkan keindahan pelangi kala berpadu dengan mentari. Tapi hujan bagiku juga mampu memberikan ketenangan dan kedamaian. Hujan bagiku adalah teman yang setia untuk merangkai kisah dan cerita. Hujan menganugerahkan begitu banyak inspirasi.

Aku Rindu Akan Hujan….^___^